Jakarta
, Pagi ini ada sesuatu yang begitu menyakitkan ketika ku ingat semalam kau
menghempaskan ku begitu keras sehingga aku pun
jatuh terlalu dalam dan merasakan sakit yang luar biasa ,tak sadar air
mata ku mulai jatuh karna tak mampu lagi ku bendung ,perlahan kembali mulai
kubuka dan kubaca setiap pesan singkat dari mu dan sudah dapat dipastikan semakin
deras pula air mata ini , entahlah aku hanya merasakan seperti ada sesuatu yang
menghimpit dadaku hanya sesak yang sedang kurasa seakan aku hanya berteman
dengan sebuah pengabaian dari mu ,aku terlalu mendung untuk merasakan cerahnya
pagi ini … matahari seolah tak mau lagi memberi sedikit kehangatan untuk ku. Ku
perhatikan dan kubaca begitu hati-hati setiap kalimat yang dikirim oleh mu melalui
sebuah pesan singkat yang masuk ke ponsel ku dan sungguh aku tak percaya hati
ini merasakan sakit yang begitu dalam “apa yang salah ? bukankah ini semua yang
kau mau arista ? “ aku berteriak pada diriku sendiri .. aku kesal pada diriku
,mengapa aku terlihat begitu mengenaskan dan payah, tak mampu berdiri sendiri ,
tak mampu berusaha kuat disaat yang ku genggam hilang begitu saja bahkan untuk
membendung air mata sendiri pun aku tak mampu. semua berubah , semakin berbeda. Tak ada lagi
tambahan semangat darimu saat aku mulai merasa tak mampu, tak ada lagi jari
yang akan menghapus air mataku , tak ada lagi lengan yang akan memelukku ketika aku kedinginan saat
menunggu hujan reda ,tak ada lagi seseorang yang akan khawatir jika aku sakit ,
tak ada lagi seseorang yang tak ragu untuk mengantarkan ku pulang saat dirasa hari cukup malam untuk seorang wanita yang harus pulang kuliah
dengan angkutan umum , tak ada lagi yang sabar mengahadapi pribadi yang moody
seperti diriku, ketika aku rindu padamu tak ada lagi pertemuan dan kecupan
hangat di dahiku , bahkan tak ada lagi
ucapan selamat pagi yang seperti biasanya kau kirim melalui pesan singkat , semua
hilang. “Pria mu memilih pergi dan silahkan kau ratapi kesedihanmu . Apa yang
masih kau harapakan , sudahlah jangan buat diri mu semakin tersiksa oleh
pengabaiannya” Teriakku dalam hati.
“Tuhan
apakah perasaan yang sedang ku rasakan saat ini , mengapa begitu sesak dan
sakit ? ini kah rasanya memilih mencintai orang yang telah menyakiti ku ? Tuhan katakanlah padaku
bahwa rasa sakit ini hanya sementara dan aku hanya butuh banyak waktu untuk
menunggu datangnya kebahagiaan dari-Mu” aku terlalu lelah sehingga hanya
kalimat itu yang mampu ku ucapkan dengan lirih saat aku melipat tangan dan memejamkan
mata untuk sebentar bercerita kepada-Nya, kata Amin pun keluar samar dari
bibirku karna aku sibuk terisak-isak menahan tangis.
Aku
melihat diriku di depan cermin kuperhatikan wajahku , mata ku sembab , hidungku merah , air mata
masih membasahi pipiku , begitu mendung karna ada awan gelap di wajah ku,
perlahan ku usap air mataku , kutenangkan pikiran dan perasaanku , ku ambil
ponsel ku yang sejak tadi sudah kubiarkan bersembunyi dibalik bantal hanya
untuk membantuku sejenak tak mengingat kalimat perpisahan yang kubaca melaui
pesan singkat yang ditulis olehnya. Aku rasa saat seperti ini aku begitu
membutuhkan waktu , telinga dan hati untuk berbagi kedukaanku ,aku menelpon
sahabat ku yang berada di Palembang , nada sambung pun terdengar, tutttt …. tuttttt
… tutttt tak berapa lama menunggu
akhirnya dia menjawab telponku “ hallo , ada apa arista ? “ … “inggiiiitttttt”
teriakku, belum sempat aku bercerita hanya
namanya yang mampu kuucap , tangisku kembali pecah aku terisak, keadaan kembali
begitu menyedihkan dari ujung telpon kudengar inggit begitu khawatir mendegar
aku menangis seperti anak kecil yang kehilangan barang kesayangannya . “ kamu
kenapa arista ? jangan nangis , heyyyy aristaaaa ” terdengar begitu jelas
suaranya “gue capek , gue kalah , gue nyerah git … “ balasku , mungkin inggit
tak paham apa yang baru saja kuucapkan setiap kata yang keluar dari bibir ku
hanya terdengar samar karna berbicara sambil menangis adalah hal yang paling
sulit dilakukan , aku rasa aku belum siap untuk becerita , hatiku masih terlalu
merasakan sakit , begitu pilu , aku
belum bisa mengontrol perasaan sedih ku , “maafkan aku inggit jika tangisku hanya membuatmu khawatir dan
bingung” ucapku dalam hati .
Setelah
begitu saja kumatikan telpon kembali aku
menata perasaan ku , berkali-kali ku hapus air mataku berkali-kali pula air mata
itu jatuh semakin deras .Setiap kali aku dan tyo bertengkar akulah orang yang
paling sering mengungkap kata perpisahan , ya pria yang begitu ku cintai itu bernama
Prastyo Hermawan , pria hebat yang mampu membuat aku mecintainya begitu dalam.
Emosiku
yang selalu menginginkan perpisahan seperti ini terjadi, tapi mengapa saat
waktunya tiba aku seolah tak mau terima ,aku seolah lari dari kenyataan,aku tau
bahwa memang sejak awal aku tak pernah benar-benar menginginkan sebuah salam
perpisahan darimu, apakah aku terlalu egois bersikap seperti seperti ini ?
entahlah yang jelas saat ini aku masih berteman kepedihan , kekecewaan , bahkan
rasa kehilangan yang mendalam.
Aku berharap hubungan ku dengan dia berakhir
bahagia , terpisah bukan karena orang ketiga atau terpisah karena kita berbeda
tetapi terpisah karena waktu dimana aku tak lagi bisa bernafas dan berdiri
untuknya , yaaa itu hanyalah sebuah harapan ku yang pada akhirnya terjawab
bahwa kita berpisah memang bukan karena orang ketiga atau perbedaan atau karena
aku tak lagi bisa bernafas untuknya , melainkan kebodohanku , keegoisan ,
amarah dan gengsiku lah yang membuat kita berpisah seperti saat ini. Aku
menyesal kalau akhirnya seperti ini tapi kucoba menarik sebuah pemikiran bahwa
cara terbaik itu memang melepaskan dan membiarkannya pergi ketika sudah tak ada
jalan ,sudah tau tak ada lagi yang bisa diperjuangkan.
Ini
untukmu,
sampai
jumpa .. semoga aku dan kamu bisa memperbaiki “kita” dikehidupan mendatang ..
terimakasih untuk semua kenangan manis dari mu. Aku mencintai mu , sampai saat
ini aku masih mencintai mu. Aku titip rinduku untukmu melalui do’a ku disetiap
malam sebelum aku kembali memimpikanmu.
sumpah ini sediiiiihhhhhhhhhh banget pengen nangis bacanya -__-:((((((((
BalasHapusT-T nyentuh
BalasHapus